PSIKOLOGI
”MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA
DINI MELALUI IMAJINASI”
MAKALAH
OLEH:
RAHMI
SYAH PUTRI
1200794/2012
PENDIDIKAN
GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
KATA
PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah, penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan izinnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Mengembangkan
Kreatifitas Anak Usia Dini Melalui Imajinasi”.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi. Melalui penulisan
makalah ini, penulis harapkan akan menambah wawasan pembaca tentang
mengembangkan kreatifitas anak usia dini melalui imajinasi.
Selesainya
makalah ini tidak terlepas dari dorongan moril dan materil dari berbagai pihak,
maka sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah
banyak memberikan bimbingan pengetahuan dan ilmu kepada penulis. Semoga
bimbingan, dorongan, bantuan menjadi amal kebaikan dan mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu, dan
pengalaman yang penulis miliki, untuk itu saran dan kritikian yang bersifat
perbaikan sangat penulis harapkan.
Padang, Maret
2013
Hormat
penulis,
Rahmi
Syah Putri
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pengembangan Kreatifitas
1. Definisi Kreatifitas
2.
Ciri-Ciri Anak Usia Dini Kreatif
3. Potensi Kreatifitas
pada Anak Usia Dini
B. Imajinasi pada Anak Usia Dini
1. Definisi
Imajinasi
2.
Menjadi Imajinatif
C. Hubungan Kreatifitas dengan Imajinasi
1. Strategi mengembangkan
imajinasi agar menjadi anak yang kreatif
2.
Pengembangan Kreatifitas Anak Melalui Imajinasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak
usia dini merupakan anak yang berusia dari lahir hingga 8 tahun. Setiap anak
yang baru lahir memiliki potensi kreatif. Potensi kreatifitas ini dapat dilihat
melalui keajaiban alamiah seorang bayi dalam mengeksplorasi apapun yang ada di
sekitarnya. Tidak ada anak yang sama sekali tidak mempunyai kreatifitas,
seperti halnya tidak ada seorang manusia pun yang intelegensinya nol. Semua
anak adalah kreatif, persoalannya tinggal bagaimana potensi ini dapat
dkembangkan dengan baik dan tidak hilang dimakan usia.
Para
paka spesialis anak mengatakan bahwa imajinasi merupakan salah satu hal yang
efektif untuk mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, bahasa, dan terutama
kreatifitas anak. Dengan imajinasi anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya
ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan realitas sehari-hari. Imajinasi akan
membantu kemampuan berfikir fluency, fleksibility, dan originality pada anak.
Anak
akan dapat menciptakan pengetahuannya sendiri ketika dia bebas berpartisipasi
dalam permainan imajinatif. Dengan imajinasi akan membuat sesuatu yang tidak
mungkin menjadi mungkin. Oleh karena itu, kita dapat mengembangkan kreatifitas
anak melalui imajinatif.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
kreatifitas?
2.
Bagaimana
ciri-ciri anak usia dini yang kreatif?
3.
Bagaimana
potensi kreatifitas pada anak usia dini?
4.
Apa pengertian
imajinasi?
5.
Bagaimana
menjadi imajinatif?
6.
Bagaimana
strategi mengembangkan imajinatif anak agar menjadi anak yang kreatif?
7.
Bagaimana
pengembangan kreatifitas anak melalui imajinasi?
C.
Tujuan
1.
Untuk
menjelaskan pengertian kreatifitas
2.
Untuk
menjelaskan ciri-ciri anak usia dini yang kreatif
3.
Untuk
menjelaskan potensi kreatifitas pada anak usia dini
4.
Untuk
menjelaskan pengertian imajinasi
5.
Untuk
menjelaskan menjadi imajinatif
6.
Untuk
menjelaskan strategi mengembangkan imajinatif anak agar menjadi anak yang
kreatif
7.
Untuk
menjelaskan pengembangan kreatifitas anak melalui imajinasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar
Pengembangan Kreatifitas
1.
Definisi Kreatifitas
Kreativitas
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru.
Kreativitas juga berkembang dengan kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi
baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data atau hal-hal yang
sudah ada sebelumnya.
Komite
Penasehat Nasional bidang Pendidikan Kreatif dan Pendidikan Budaya (1999)
menggambarkan kreatifitas sebagai bentk imajinatif yang mampu menghasilkan
sesuatu yang bersifat original (murni/asli) dan memiliki nilai.
Menurut
Supriadi (1994) dalam Yeni Rachmawati menguarakan bahwa kreatifitas adalah
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya
ia menambahkan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi
yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berfikir, ditandai
oleh suksesi, diskontinuitas, diferensisasi, dan integrasi antara setiap tahap
perkembangan.
Menurut
Clarkl Monstakis (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa kreatifitas merupakan
pengalaman dalam mengekspesikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam
bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Adapun
menurut Semiawan (1997) dalamYeni Rachmawati mengemukakan bahwa kreatifitas
merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah.
Sementara
itu Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) memaparkan kreatifitas sebagai
produk berkaitan dengan penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang baru,
daripada akumulasi keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari buku.
Sedangkan menurut Utami Munandar (1992:47) dalam Yudrik Jahja menyatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorangb untuk menciptakan produk baru, meskipun
komponennya tidak semua baru.
Berdasarkan
beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kreatifitas merupakan suatu
proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk
baru yang efektif, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan
diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu
masalah.
2.
Ciri-ciri Anak
Usia Dini Kreatif
Supriadi
(1994) dalam Yeni Rachmawati mengatakan bahwa ciri-ciri kreatifitas dapat
dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan nonkognitif. Ciri-ciri kognitif
diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan
ciri nonkognitif diantaranya motifasi sikap dan kepribadian kreatif.
Setiap anak
memiliki potensi kreatif dan anak yang kreatif memiliki ciri-ciri tertentu
seperti yang diungkapkan oleh Munandar (2004:71). Anak yang kreatif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam.
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah.
4. Bebas dalam menyatakan pendapat.
5. Mempunyai rasa keindahan yang dalam.
6. Menonjol dalam salah satu bidang seni.
7. Mampu melihat suatu masalah berbagai segi atau sudut pandang.
8. Memiliki rasa humor yang luas.
9. Mempunyai daya imajinasi, dan
10. Orisinal dalam mengungkapkan gagasan dan dalam pemecahan masalah
Anak yang kreatif memiliki potensi kepribadian yang positif juga
negatif. Sebagai contoh; ciri prilaku sosial individu kreatif cenderung tidak
toleren terhadap orang lain, sinis, skeptis, dan kadang pemberontak. Disinilah
pentingnya kehadiran guru sebagai pembimbing yang akan membantu anak
menyeimbangkan perkembangan kepribadiannya, sehingga anak kreatif dapat
berkembang optimal tidak hanya perkembangan intelegensinya tetapi juga
perkembangan sosial dan emosinya.
3.
Potensi
Kreatifitas pada Anak Usia Dini
Menurut pandangan psikologi, pada dasarnya setiap manusia telah
dikaruniai potensi kreatif sejak dilahirkan. Hal ini dapat dilihat melalui
perilaku bayi ataupun anak yang secara alamiah gemar bertanya, gemar mencoba,
gemar memerhatikan hal baru, gemar berkarya melalui benda apa saja yang ada
dalam jangkauannya termasuk di dalamnya gemar berimajinasi. Potensi kreatifitas
ini dapat dilihat melalui keajaian alamiah seorang bayi dalam mengeksplorasi
apapun yang ada di sekitarnya. Mereka dapat menikmati warna, cahaya, gerakan,
dan bunyi. Mereka juga dapat merasakan,
mengambil, dan memanipulasi apapun yang terlihat.
Lebih lanjut Devito (dalam Supriadi, 1994) mengemukakan bahwa
kreatifitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan
tinkat yang berbeda-beda. Setiap anak yang lahir memiliki potensi kreatif, dan
potensi itu dapat dikembangkan dan dipupuk. Selanjutnya ia juga mengutip
pendapat Trefinger yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang sama sekali tidak
mempunyai kreatifitas, seperti halnya tidak ada seorang manusia pun yang
intelegensinya nol. Semua orang adalah kreatif, persoalannya tinggal bagaimana
potensi ini dapat dkembangkan dengan baik dan tidak hilang dimakan usia.
B.
Imajinasi pada
Anak Usia Dini
1.
Definisi
imajinasi
Pada masa kanak-kanak, sebagian besar yang biasa dilakukan
anak-anak adalah berimajinasi. Ungkapan seperti “Seandainya aku menjadi seorang
astronot,” atau “Seandainya aku bisa terbang dan tinggal di atas awan”
merupakan contoh dari imajinasi anak. Sebagai ilustrasi lain sebagian anak
perempuan kerap kali melakukan sosiodrama dengan berpura-pura memasak,
menyetrika, dan mencuci, atau bergabung dengan teman lain untuk berpura-pura
mnjadi sebuuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, dan adik. Itu semua
adalah sebuah contoh sederhana tentang dunia khayal anak yang biasa kita lihat
sehari-hari.
Menurut Kamus Besar Indonesia (1991), imajinasi adalah daya pikir
untuk membayangkan (diangan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan,
karangan dan sebagainya) kejadian, berdasarkan kenyataan atau pengalaman
seseorang. Dalam sumber yang sama imajinasi dapat pula diartikan sebagai
khayalan.
Janice Beaty (1994) menyatakan bahwa bagi anak, imajinasi adalah
kemampuan untuk merespon atau melakukan fantasi yang mereka buat. Kebanyakan
anak dibawah usia tujuh tahun banyak melakukan hal tersebut.
2.
Menjadi
imajinatif
Anna Craft mengungkapkan pada tempat lain (1998) bahwa menjadi
aspek imajinatif harus menyetarakan perantara (agent) menjadi kesadaran yang
tidak biasa atas apa yang mereka lakukan/pikirkan. Jadi seorang anak yang
menggambar singa dalam sebuah kolam renang, mungkin tidak menyadari atas tidak
wajarnya gambar tersebut. Jika anak tidak memiliki kesadaran atas originalitas
(keaslian) ide tersebut, maka itu tidak bisa disebut imajinatif.
Menjadi imajinatif juga mencakup beberapa jenis hasil (dari pikiran
maupun tindakan) karena kita mampu mengatakan bahwa seseorang memiliki/menjadi
imajinatif, ini harus menjadi sebuah indikasi umum atas beberapa hal untuk
menunjukkan hal tersebut sebuah keputusan, sebuah model (contoh), sebuah
lembaran tulisan, sebuah perilaku, sebuah ide yang dapat disegarkan dan
sebagainya.
Beberapa implikasi yang membantu pengembangan imajinasi di ruang
kelas adalah sebagai berikut:
a.
Stimulasi dan
dorongan (anjuran) guru tidak konvensional, meskipun juga,
b.
Menganjurkan
anak-anak untuk memahami sifat dasar konvensiona, sehingga ketika mereka
menjadi original baik pada diri mereka yang lain atau dalam arti yang lebih
luas, mereka dapat mengidentifikasi hal ini.
C.
Hubungan Antara
Kreatifitas dengan Imajinasi
1.
Strategi
mengembangkan imajinasi agar menjadi anak yang kreatif
Passmore (dalam Anna Craft, 2000) menegaskan bahwa secara pedagogis
terdapat sejumlah hal yang seorang guru dapat lakukan untuk membantu
mengembangkan imajinasi anak agar menjadi kreatif, yaitu sebagai berikut:
a.
Memberi
informasi dengan sebuah cara sebagaimana untuk menyatakan bahwa terdapat
alternatif-alternatif bebas (murni) dengan sebuah cara yang dapat mengatur
imajinasi untuk kepentingan tugas.
b.
Mengajarkan
rutinitas, menganjurkan anak-anak untuk merefleksikan (mengungkapkan)
alternatif-alternatif yang mungkin bagi mereka.
c.
Guru dapat
memperkenalkan anak-anak pada dunia penuh kemungkinan, dengan membuka pikiran
mereka kepada cara alternatif untuk merasakan, untuk hidup.
d.
Melalui
pelajaran seni yang ia dapat membantu anak untuk melihat dunia dengan sudut
pandang yang berbeda.
e.
Dengan
mengajarkan matematika dan sanis, ia dapat memberi PR kepada anak-anak akan
pentingnya lompatan imajinatif, memperluas rasa kagum anak-anak menunjukan
kepadanya bahwa dunia tidak dapat dijadikan jaminan.
f.
Anak dapat memperoleh
dalam dan melalui disiplin belajar.
2.
Pengembangan
kreatifitas anak melalui imajinasi
Para pakar spesialis anak sekarang ini telah mengetahui bahwa
imajinasi merupakan salah satu hal yang efektif untuk mengembangkan kemampuan
intelektual, sosial, bahasa, dan terutama kreatifitas anak (Smilansky, dalam
Beaty, 1994). Imajinasi adalah kemampuan berfikir divergen yang dilakukan tanpa
batas, seluas-luasnya, dan multiperspektif dalam merespon suatu stimulasi.
Kemampuan ini sangat berguna mengembangkan kreatifitas anak. Dengan imajinasi
anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi kenyataan
dan realitas sehari-hari. Ia bebas berfikir sesuai pengalaman dan khayalannya.
Imajinasi akan membantu berfikir fluency, fleksibiliti, dan originality pada
anak.
Salah satu latihan yang mendasar agar anak dapat berkreasi adalah
dengan berimajinasi, yaitu kemampuan melihat gambaran dalam pikiran. Kemampuan
ini berfungsi untuk memunculkan kembali ingatan di masa lalu sebagai
kemungkinan terjadi di masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Dorothy
& Jerome Singer dalam Yeni Rachmawati telah melakukan penelitian dan
menulis sebuah permainan imajinatif anak, mereka yakin bahwa berimajinasi
sangat esensial dalam pengembangan kemampuan intelektual dan bahasa. Anak
mengingat ide dan kata yang telah mereka alami karena mereka dapat
menggabungkan ide dengan gambaran dalam pikiran mereka (Singer & Singer,
dalam Beaty, 1994).
Dalam permainan imajinasi anak dapat memperagakan suatu situasi,
memainkan perananya dengan cara tertentu, memainkan peran seseorang dan
menggantinya bila tidak cocok ataupun membayangkan suatu siuasi yang tidak
pernah mereka alami. Dalam permainan drama anak dapat memunculkan peristiwa
masa lalu dan menggabungkannya dengan masa depan mirip sebuah novel,
menambahkan dialog, menambahkan nuansa baru terhadap karakternya, serta arah
baru dalam alurnya. Tidak ada penulis cerita yang lebih baik dari anak. Selain
penulis cerita, anak juga berperan sebagai aktor kawakan, sutradara, audiensi,
lawan peran pemain lain, serta komentator terhadap peran yang dimainkan oleh
kawan-kawannya sehingga mereka tahu apakah dia telah memainkan perannya dengan
baik atau tidak. Anak menciptakan pengetahuannya sendiri ketika dia bebas
berpartisipasi dalam permainan imajinatif. Imajinasi akan membuat sesuatu yang
“tidak mungkin” menjadi “mungkin”.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kreatifitas adalah suatu proses mental individu yang melahirkan
gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif, fleksibel, integrasi,
suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang
untuk pemecahan suatu masalah. Sedangkan imajinasi merupakan daya pikir untuk
membayangkan (diangan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan
dan sebagainya) kejadian, berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang.
Dalam sumber yang sama imajinasi dapat pula diartikan sebagai khayalan.
Pada dasarnya setiap anak telah dikaruniai potensi kreatif sejak
dilahirkan. Setiap anak yang lahir memiliki potensi kreatif, dan potensi itu
dapat dikembangkan dan dipupuk. tidak ada orang yang sama sekali tidak
mempunyai kreatifitas, seperti halnya tidak ada seorang manusia pun yang
intelegensinya nol. Semua orang adalah kreatif, persoalannya tinggal bagaimana
potensi ini dapat dkembangkan dengan baik dan tidak hilang dimakan usia.
Melalui imajinasi dapat mengembangkan kemampuan intelektual,
sosial, bahasa, dan terutama kreatifitas anak. Dengan imajinasi anak dapat
mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan
realitas sehari-hari. Ia bebas berfikir sesuai pengalaman dan khayalannya.
Imajinasi akan membantu berfikir fluency, fleksibiliti, dan originality pada
anak. Anak menciptakan pengetahuannya sendiri ketika dia bebas berpartisipasi
dalam permainan imajinatif. Imajinasi akan membuat sesuatu yang “tidak mungkin”
menjadi “mungkin”.
B.
Saran
Dengan adanya pengenalan tentang mengembangkan kreatifitas anak usia
dini melalui inajinasi ini, diharapkan pembaca mampu melaksanakan pembelajaran psikologi
sesuai dengan tujuan pendidikan psikologi itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Rachmawati, Yeni & Kurniati, Euis. 2010. Strategi Pengembangan
Kreatifitas pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada Media Group.
Craft, Anna. 2000. Membangun Kreatifitas Anak. Depok: Inisiasi
Press.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat.
Jakarta: Rineka Cipta.
Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Prenada Media. Jakarta:2011.
Hurlock,
Elizabet. Perkembangan Anak Jilid 2. Erlangga. jakarta
0 komentar:
Posting Komentar