Rabu, 03 Desember 2014

Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Imajinasi



PSIKOLOGI
”MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI IMAJINASI”
MAKALAH









OLEH:
RAHMI SYAH PUTRI
1200794/2012



PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013



KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan izinnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Mengembangkan Kreatifitas Anak Usia Dini Melalui Imajinasi”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi. Melalui penulisan makalah ini, penulis harapkan akan menambah wawasan pembaca tentang mengembangkan kreatifitas anak usia dini melalui imajinasi.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari dorongan moril dan materil dari berbagai pihak, maka sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah banyak memberikan bimbingan pengetahuan dan ilmu kepada penulis. Semoga bimbingan, dorongan, bantuan menjadi amal kebaikan dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu, dan pengalaman yang penulis miliki, untuk itu saran dan kritikian yang bersifat perbaikan sangat penulis harapkan.


Padang, Maret 2013
Hormat penulis,          
           

Rahmi Syah Putri       






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pengembangan Kreatifitas
     1. Definisi Kreatifitas
     2. Ciri-Ciri Anak Usia Dini Kreatif
     3. Potensi Kreatifitas pada Anak Usia Dini
B. Imajinasi pada Anak Usia Dini
     1. Definisi Imajinasi
     2. Menjadi Imajinatif
C. Hubungan Kreatifitas dengan Imajinasi
    1. Strategi mengembangkan imajinasi agar menjadi anak yang kreatif
    2. Pengembangan Kreatifitas Anak Melalui Imajinasi


BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Anak usia dini merupakan anak yang berusia dari lahir hingga 8 tahun. Setiap anak yang baru lahir memiliki potensi kreatif. Potensi kreatifitas ini dapat dilihat melalui keajaiban alamiah seorang bayi dalam mengeksplorasi apapun yang ada di sekitarnya. Tidak ada anak yang sama sekali tidak mempunyai kreatifitas, seperti halnya tidak ada seorang manusia pun yang intelegensinya nol. Semua anak adalah kreatif, persoalannya tinggal bagaimana potensi ini dapat dkembangkan dengan baik dan tidak hilang dimakan usia.
Para paka spesialis anak mengatakan bahwa imajinasi merupakan salah satu hal yang efektif untuk mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, bahasa, dan terutama kreatifitas anak. Dengan imajinasi anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan realitas sehari-hari. Imajinasi akan membantu kemampuan berfikir fluency, fleksibility, dan originality pada anak.
Anak akan dapat menciptakan pengetahuannya sendiri ketika dia bebas berpartisipasi dalam permainan imajinatif. Dengan imajinasi akan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Oleh karena itu, kita dapat mengembangkan kreatifitas anak melalui imajinatif.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kreatifitas?
2.      Bagaimana ciri-ciri anak usia dini yang kreatif?
3.      Bagaimana potensi kreatifitas pada anak usia dini?
4.      Apa pengertian imajinasi?
5.      Bagaimana menjadi imajinatif?
6.      Bagaimana strategi mengembangkan imajinatif anak agar menjadi anak yang kreatif?
7.      Bagaimana pengembangan kreatifitas anak melalui imajinasi?

C.     Tujuan
1.      Untuk menjelaskan pengertian kreatifitas
2.      Untuk menjelaskan ciri-ciri anak usia dini yang kreatif
3.      Untuk menjelaskan potensi kreatifitas pada anak usia dini
4.      Untuk menjelaskan pengertian imajinasi
5.      Untuk menjelaskan menjadi imajinatif
6.      Untuk menjelaskan strategi mengembangkan imajinatif anak agar menjadi anak yang kreatif
7.      Untuk menjelaskan pengembangan kreatifitas anak melalui imajinasi

 

 



BAB II

PEMBAHASAN


A.    Konsep Dasar Pengembangan Kreatifitas
1.      Definisi Kreatifitas
Kreativitas dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Kreativitas juga berkembang dengan kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Komite Penasehat Nasional bidang Pendidikan Kreatif dan Pendidikan Budaya (1999) menggambarkan kreatifitas sebagai bentk imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat original (murni/asli) dan memiliki nilai.
Menurut Supriadi (1994) dalam Yeni Rachmawati menguarakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berfikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diferensisasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.
Menurut Clarkl Monstakis (dalam Munandar, 1995) mengatakan bahwa kreatifitas merupakan pengalaman dalam mengekspesikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain. Adapun menurut Semiawan (1997) dalamYeni Rachmawati mengemukakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Sementara itu Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) memaparkan kreatifitas sebagai produk berkaitan dengan penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang baru, daripada akumulasi keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari buku. Sedangkan menurut Utami Munandar (1992:47) dalam Yudrik Jahja menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorangb untuk menciptakan produk baru, meskipun komponennya tidak semua baru.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kreatifitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.
2.      Ciri-ciri Anak Usia Dini Kreatif
Supriadi (1994) dalam Yeni Rachmawati mengatakan bahwa ciri-ciri kreatifitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan nonkognitif. Ciri-ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri nonkognitif diantaranya motifasi sikap dan kepribadian kreatif.
Setiap anak memiliki potensi kreatif dan anak yang kreatif memiliki ciri-ciri tertentu seperti yang diungkapkan oleh Munandar (2004:71). Anak yang kreatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam.
2.      Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
3.      Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah.
4.      Bebas dalam menyatakan pendapat.
5.      Mempunyai rasa keindahan yang dalam.
6.      Menonjol dalam salah satu bidang seni.
7.      Mampu melihat suatu masalah berbagai segi atau sudut pandang.
8.      Memiliki rasa humor yang luas.
9.      Mempunyai daya imajinasi, dan
10.  Orisinal dalam mengungkapkan gagasan dan dalam pemecahan masalah
Anak yang kreatif memiliki potensi kepribadian yang positif juga negatif. Sebagai contoh; ciri prilaku sosial individu kreatif cenderung tidak toleren terhadap orang lain, sinis, skeptis, dan kadang pemberontak. Disinilah pentingnya kehadiran guru sebagai pembimbing yang akan membantu anak menyeimbangkan perkembangan kepribadiannya, sehingga anak kreatif dapat berkembang optimal tidak hanya perkembangan intelegensinya tetapi juga perkembangan sosial dan emosinya.

3.      Potensi Kreatifitas pada Anak Usia Dini
Menurut pandangan psikologi, pada dasarnya setiap manusia telah dikaruniai potensi kreatif sejak dilahirkan. Hal ini dapat dilihat melalui perilaku bayi ataupun anak yang secara alamiah gemar bertanya, gemar mencoba, gemar memerhatikan hal baru, gemar berkarya melalui benda apa saja yang ada dalam jangkauannya termasuk di dalamnya gemar berimajinasi. Potensi kreatifitas ini dapat dilihat melalui keajaian alamiah seorang bayi dalam mengeksplorasi apapun yang ada di sekitarnya. Mereka dapat menikmati warna, cahaya, gerakan, dan  bunyi. Mereka juga dapat merasakan, mengambil, dan memanipulasi apapun yang terlihat.
Lebih lanjut Devito (dalam Supriadi, 1994) mengemukakan bahwa kreatifitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tinkat yang berbeda-beda. Setiap anak yang lahir memiliki potensi kreatif, dan potensi itu dapat dikembangkan dan dipupuk. Selanjutnya ia juga mengutip pendapat Trefinger yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang sama sekali tidak mempunyai kreatifitas, seperti halnya tidak ada seorang manusia pun yang intelegensinya nol. Semua orang adalah kreatif, persoalannya tinggal bagaimana potensi ini dapat dkembangkan dengan baik dan tidak hilang dimakan usia.

B.     Imajinasi pada Anak Usia Dini
1.      Definisi imajinasi
Pada masa kanak-kanak, sebagian besar yang biasa dilakukan anak-anak adalah berimajinasi. Ungkapan seperti “Seandainya aku menjadi seorang astronot,” atau “Seandainya aku bisa terbang dan tinggal di atas awan” merupakan contoh dari imajinasi anak. Sebagai ilustrasi lain sebagian anak perempuan kerap kali melakukan sosiodrama dengan berpura-pura memasak, menyetrika, dan mencuci, atau bergabung dengan teman lain untuk berpura-pura mnjadi sebuuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, kakak, dan adik. Itu semua adalah sebuah contoh sederhana tentang dunia khayal anak yang biasa kita lihat sehari-hari.
Menurut Kamus Besar Indonesia (1991), imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (diangan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan dan sebagainya) kejadian, berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Dalam sumber yang sama imajinasi dapat pula diartikan sebagai khayalan.
Janice Beaty (1994) menyatakan bahwa bagi anak, imajinasi adalah kemampuan untuk merespon atau melakukan fantasi yang mereka buat. Kebanyakan anak dibawah usia tujuh tahun banyak melakukan hal tersebut.

2.      Menjadi imajinatif
Anna Craft mengungkapkan pada tempat lain (1998) bahwa menjadi aspek imajinatif harus menyetarakan perantara (agent) menjadi kesadaran yang tidak biasa atas apa yang mereka lakukan/pikirkan. Jadi seorang anak yang menggambar singa dalam sebuah kolam renang, mungkin tidak menyadari atas tidak wajarnya gambar tersebut. Jika anak tidak memiliki kesadaran atas originalitas (keaslian) ide tersebut, maka itu tidak bisa disebut imajinatif.
Menjadi imajinatif juga mencakup beberapa jenis hasil (dari pikiran maupun tindakan) karena kita mampu mengatakan bahwa seseorang memiliki/menjadi imajinatif, ini harus menjadi sebuah indikasi umum atas beberapa hal untuk menunjukkan hal tersebut sebuah keputusan, sebuah model (contoh), sebuah lembaran tulisan, sebuah perilaku, sebuah ide yang dapat disegarkan dan sebagainya.
Beberapa implikasi yang membantu pengembangan imajinasi di ruang kelas adalah sebagai berikut:
a.       Stimulasi dan dorongan (anjuran) guru tidak konvensional, meskipun juga,
b.      Menganjurkan anak-anak untuk memahami sifat dasar konvensiona, sehingga ketika mereka menjadi original baik pada diri mereka yang lain atau dalam arti yang lebih luas, mereka dapat mengidentifikasi hal ini.

C.    Hubungan Antara Kreatifitas dengan Imajinasi
1.      Strategi mengembangkan imajinasi agar menjadi anak yang kreatif
Passmore (dalam Anna Craft, 2000) menegaskan bahwa secara pedagogis terdapat sejumlah hal yang seorang guru dapat lakukan untuk membantu mengembangkan imajinasi anak agar menjadi kreatif, yaitu sebagai berikut:
a.       Memberi informasi dengan sebuah cara sebagaimana untuk menyatakan bahwa terdapat alternatif-alternatif bebas (murni) dengan sebuah cara yang dapat mengatur imajinasi untuk kepentingan tugas.
b.      Mengajarkan rutinitas, menganjurkan anak-anak untuk merefleksikan (mengungkapkan) alternatif-alternatif yang mungkin bagi mereka.
c.       Guru dapat memperkenalkan anak-anak pada dunia penuh kemungkinan, dengan membuka pikiran mereka kepada cara alternatif untuk merasakan, untuk hidup.
d.      Melalui pelajaran seni yang ia dapat membantu anak untuk melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda.
e.       Dengan mengajarkan matematika dan sanis, ia dapat memberi PR kepada anak-anak akan pentingnya lompatan imajinatif, memperluas rasa kagum anak-anak menunjukan kepadanya bahwa dunia tidak dapat dijadikan jaminan.
f.       Anak dapat memperoleh dalam dan melalui disiplin belajar.

2.      Pengembangan kreatifitas anak melalui imajinasi
Para pakar spesialis anak sekarang ini telah mengetahui bahwa imajinasi merupakan salah satu hal yang efektif untuk mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, bahasa, dan terutama kreatifitas anak (Smilansky, dalam Beaty, 1994). Imajinasi adalah kemampuan berfikir divergen yang dilakukan tanpa batas, seluas-luasnya, dan multiperspektif dalam merespon suatu stimulasi. Kemampuan ini sangat berguna mengembangkan kreatifitas anak. Dengan imajinasi anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan realitas sehari-hari. Ia bebas berfikir sesuai pengalaman dan khayalannya. Imajinasi akan membantu berfikir fluency, fleksibiliti, dan originality pada anak.
Salah satu latihan yang mendasar agar anak dapat berkreasi adalah dengan berimajinasi, yaitu kemampuan melihat gambaran dalam pikiran. Kemampuan ini berfungsi untuk memunculkan kembali ingatan di masa lalu sebagai kemungkinan terjadi di masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Dorothy & Jerome Singer dalam Yeni Rachmawati telah melakukan penelitian dan menulis sebuah permainan imajinatif anak, mereka yakin bahwa berimajinasi sangat esensial dalam pengembangan kemampuan intelektual dan bahasa. Anak mengingat ide dan kata yang telah mereka alami karena mereka dapat menggabungkan ide dengan gambaran dalam pikiran mereka (Singer & Singer, dalam Beaty, 1994).
Dalam permainan imajinasi anak dapat memperagakan suatu situasi, memainkan perananya dengan cara tertentu, memainkan peran seseorang dan menggantinya bila tidak cocok ataupun membayangkan suatu siuasi yang tidak pernah mereka alami. Dalam permainan drama anak dapat memunculkan peristiwa masa lalu dan menggabungkannya dengan masa depan mirip sebuah novel, menambahkan dialog, menambahkan nuansa baru terhadap karakternya, serta arah baru dalam alurnya. Tidak ada penulis cerita yang lebih baik dari anak. Selain penulis cerita, anak juga berperan sebagai aktor kawakan, sutradara, audiensi, lawan peran pemain lain, serta komentator terhadap peran yang dimainkan oleh kawan-kawannya sehingga mereka tahu apakah dia telah memainkan perannya dengan baik atau tidak. Anak menciptakan pengetahuannya sendiri ketika dia bebas berpartisipasi dalam permainan imajinatif. Imajinasi akan membuat sesuatu yang “tidak mungkin” menjadi “mungkin”.


















BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan
Kreatifitas adalah suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah. Sedangkan imajinasi merupakan daya pikir untuk membayangkan (diangan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan dan sebagainya) kejadian, berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Dalam sumber yang sama imajinasi dapat pula diartikan sebagai khayalan.
Pada dasarnya setiap anak telah dikaruniai potensi kreatif sejak dilahirkan. Setiap anak yang lahir memiliki potensi kreatif, dan potensi itu dapat dikembangkan dan dipupuk. tidak ada orang yang sama sekali tidak mempunyai kreatifitas, seperti halnya tidak ada seorang manusia pun yang intelegensinya nol. Semua orang adalah kreatif, persoalannya tinggal bagaimana potensi ini dapat dkembangkan dengan baik dan tidak hilang dimakan usia.
Melalui imajinasi dapat mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, bahasa, dan terutama kreatifitas anak. Dengan imajinasi anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan realitas sehari-hari. Ia bebas berfikir sesuai pengalaman dan khayalannya. Imajinasi akan membantu berfikir fluency, fleksibiliti, dan originality pada anak. Anak menciptakan pengetahuannya sendiri ketika dia bebas berpartisipasi dalam permainan imajinatif. Imajinasi akan membuat sesuatu yang “tidak mungkin” menjadi “mungkin”.

B.     Saran
Dengan adanya pengenalan tentang mengembangkan kreatifitas anak usia dini melalui inajinasi ini, diharapkan pembaca mampu melaksanakan pembelajaran psikologi sesuai dengan tujuan pendidikan psikologi itu sendiri.













DAFTAR PUSTAKA

Rachmawati, Yeni & Kurniati, Euis. 2010. Strategi Pengembangan Kreatifitas pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada Media Group.

Craft, Anna. 2000. Membangun Kreatifitas Anak. Depok: Inisiasi Press.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Prenada Media. Jakarta:2011.

Hurlock, Elizabet. Perkembangan Anak Jilid 2. Erlangga. jakarta          




0 komentar:

Posting Komentar